Rabu, Desember 17, 2008

Berjuang demi cinta??


Kala cinta tak lagi menggoda, bolehkah langsung berpaling?
Kala cinta tak lagi menggoda, patutkah mencari sesuatu yang lebih menggairahkan di luar sana untuk digoda ?

Pernahkah kita dapat merasakan betapa tidak sederhananya situasi ketika kultur tradisional mulai bergesekan dengan dampak dari “kemajuan” ( ditulis dalam tanda kutip sebab kata ini memang selalu mengundang perdebatan, apakah benar kemajuan, atau pelanggaran tradisi ? ) yang dihadapi pada saat ini dimana tingkat pendidikan makin tinggi, dimana para gadis dan pemuda dapat saling berkenalan di sekolah, di universitas, di tempat kerja… Tapi saat hati mereka saling mendekat, mereka tidak bebas untuk saling mencinta, karena terhambat oleh budaya, perbedaan kasta, atau bahasa ?

Pernahkah terpikir bahwa ada banyak rasa cinta, banyak rindu dendam terpaksa terpasung di dalam hati karena tidak bebas tersalurkan?

Terasakah oleh kita nyerinya saat seorang gadis pada suatu malam memandangi foto pemuda yang hadir dalam mimpi-mimpinya di layar handphonenya, tetapi bahkan dia tidak dapat berharap bahwa si pemuda yang juga menyimpan foto diri gadis itu di handphonenya untuk mengunjunginya barang sekejap di rumah?

Dan… terpikirkah perihnya ketika banyak pasangan muda di India mulai berontak melawan tradisi perjodohan ( arranged marriage ) yang seringkali hanya memberikan kesempatan kurang dari 30 menit bagi seorang gadis dan pemuda yang akan harus menyatukan rasa , hati , jiwa dan bergandengan tangan untuk melangkah ke depan bersama seumur hidup untuk memutuskan apakah dia bersedia menikah dengan pemuda/ gadis yang bahkan baru ditemuinya hari itu, yang memang diketahui data dirinya dari daftar riwayat hidup dalam bentuk yang sangat mirip Curriculum Vitae untuk melamar pekerjaan , tetapi sama sekali belum pernah bertukar kata, dan tidak diketahui apakah memang sejiwa , dan bahkan pertemuan kurang dari setengah jam yang akan menentukan apa yang akan dan harus dijalaninya sepanjang sisa umurnya itupun adalah pertemuan yang dihadiri seluruh keluarga besar ?

Pernahkah terpikir berapa banyak gadis dan pemuda nun jauh di sana, di India, yang bercucuran air mata dan hatinya pecah berdarah ketika mereka memilih melangkah ke depan bersama orang yang dicinta, melakukan “love marriage”, begitu mereka menyebutnya, dan saat mereka memilih untuk melangkah ke depan bersama seorang gadis atau pemuda yang dicinta, pada saat yang bersamaan mereka harus keluar dari rumah, tidak lagi dianggap anggota keluarga, tidak bisa berkunjung pulang, tidak pula dikunjungi di rumah mereka, oleh orang tua, dan saudara-saudara, yang sebetulnya juga sangat mereka cinta ?

Jadi : mengapa semudah itu berpaling ?
Jadi : mengapa tidak berusaha berjuang untuk bertahan ?
Jadi : mengapa membiarkan diri untuk digoda atau menggoda di luar sana ?

Ketika pada saat yang sama, banyak orang bahkan sampai kering airmatanya dan pucat pasi karena terlalu banyak darah mengalir dan nyeri karena dalamnya kesakitan yang menusuk, saat mereka sekedar ingin untuk melangkah ke depan bersama-sama dengan yang dicinta, kenapa di tempat lain ada banyak orang yang begitu mudah melepaskan seseorang yang dulu bahkan dipilihnya sendiri untuk dicinta dan dinikahi ?

1 komentar:

Lily_Zhang mengatakan...

karena pasti ada sesuatu yang ga mungkin untuk dipersatukan...
namun bukan berarti akan berusaha "menggoda" ataupun "tergoda" akan yang lain...